Manokwari, Beritakasuari.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa dua provinsi di wilayah Papua, yakni Papua Barat dan Papua Barat Daya, mengalami inflasi tahunan (year-on-year/y-on-y) pada April 2025. Kenaikan harga terjadi pada sejumlah kelompok pengeluaran utama, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan rumah tangga dan jasa.
Di Papua Barat, inflasi y-on-y tercatat sebesar 0,15 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 106,95. Faktor pendorong utama inflasi berasal dari lima kelompok pengeluaran, yakni:
- Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (naik 0,68%)
- Perlengkapan dan pemeliharaan rumah tangga (1,11%)
- Pendidikan (6,30%)
- Penyediaan makanan dan minuman/restoran (2,39%)
- Perawatan pribadi dan jasa lainnya (4,67%)
Meski demikian, terdapat juga penurunan indeks pada beberapa kelompok seperti:
- Makanan, minuman, dan tembakau (-1,12%)
- Transportasi (-2,20%)
- Informasi dan komunikasi (-0,54%)
Secara bulanan (month-to-month/m-to-m), inflasi Papua Barat tercatat 0,55 persen, namun secara kumulatif sejak awal tahun (year-to-date/y-to-d), justru mengalami deflasi sebesar 0,92 persen.
Sementara itu, di Papua Barat Daya, inflasi y-on-y tercatat lebih tinggi, yakni 0,67 persen, dengan IHK sebesar 105,00. Inflasi ini didorong oleh kenaikan harga di delapan kelompok pengeluaran, termasuk:
- Perawatan pribadi dan jasa lainnya (4,12%)
- Rekreasi dan budaya (3,02%)
- Makanan, minuman, dan tembakau (1,10%)
- Perumahan dan bahan bakar rumah tangga (0,89%)
- Kesehatan, pendidikan, transportasi, dan restoran (berkisar antara 0,38%–0,89%)
Namun, terdapat deflasi pada kelompok:
- Perlengkapan rumah tangga (-4,77%)
- Pakaian dan alas kaki (-0,70%)
- Informasi dan jasa keuangan (-0,68%)
Dari sisi bulanan, Papua Barat Daya mencatat inflasi m-to-m sebesar 1,65 persen, sedangkan inflasi y-to-d hingga April 2025 mencapai 0,61 persen.