Teluk Bintuni, Beritakasuari.com – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-22 Kabupaten Teluk Bintuni, Wakil Bupati Joko Lingara bersama jajaran pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) melaksanakan ziarah ke makam para tokoh pemekaran yang telah berjasa besar dalam pembentukan kabupaten ini.
Ziarah digelar pada Senin, 9 Juni 2025, dan dipusatkan di Kampung Argosigemerai SP 5, Distrik Bintuni Timur. Wabup Joko secara langsung memimpin penghormatan kepada dua figur kunci dalam perjuangan pemekaran, yaitu M. Waritma dan As Payara. Sementara itu, Bupati Yohanis Manibuy secara terpisah melakukan ziarah ke makam tokoh pemekaran lain yang berada di wilayah kota Teluk Bintuni.
Dalam sambutannya, Joko menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga tokoh yang tidak sempat ia jumpai secara langsung di wilayah kota, serta menegaskan bahwa kegiatan ini bukan hanya bentuk penghormatan, tetapi pengingat akan semangat perjuangan yang patut diwarisi generasi penerus.
“Jasa mereka sangat besar dan tak ternilai. Ziarah ini bukan sekadar simbol, tapi bentuk penghormatan yang konkret atas sejarah yang membentuk kita. Semoga semangat mereka terus hidup dalam langkah kita ke depan,” ujarnya.
Ia juga menyatakan bahwa ke depan, ziarah ke makam tokoh pemekaran akan dijadikan agenda tahunan resmi setiap peringatan HUT Kabupaten Teluk Bintuni.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap tahun, generasi berikutnya tidak melupakan akar sejarah daerah ini,” tambahnya.
Rasid Waritma, anak dari almarhum M. Waritma, menyambut baik inisiatif Pemkab Teluk Bintuni. Ia menyebut ziarah ini adalah langkah bersejarah, karena menjadi pertama kalinya pemerintah daerah secara formal memberikan penghormatan langsung kepada para pendiri daerah.
“Ini momentum bersejarah bagi keluarga kami. Kami berharap ke depan, sejarah perjuangan para tokoh ini dapat dikodifikasi resmi, agar siapa pun pemimpinnya, narasi sejarahnya tetap utuh dan konsisten,” tutur Rasid.
Ziarah ini tak hanya menjadi bagian dari seremonial peringatan hari jadi daerah, namun juga simbol rekonsiliasi masa kini dengan jejak-jejak perjuangan masa lalu sebuah refleksi bahwa pembangunan bukan hanya tentang infrastruktur, tetapi juga menghargai nilai, sejarah, dan identitas kolektif masyarakat.