Jakarta, Beritakasuari.com – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan optimisme tinggi terhadap pencapaian swasembada beras nasional tanpa perlu melakukan impor pada tahun 2025. Pernyataan itu ia sampaikan usai rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka.
“Awalnya target swasembada empat tahun, lalu direvisi jadi tiga. Tapi dengan tren saat ini, mudah-mudahan tahun ini kita tidak lagi impor,” ujar Mentan.
Amran menjelaskan bahwa stok beras nasional saat ini telah menembus angka 4 juta ton, tertinggi dalam lebih dari setengah abad terakhir, sejak tahun 1984. Kondisi ini memperkuat optimisme terhadap kemandirian pangan nasional.
Tak hanya stok, kesejahteraan petani juga menunjukkan tren positif. Nilai Tukar Petani (NTP) pada Mei 2025 tercatat mencapai 121, naik dibanding tahun sebelumnya yang hanya menyentuh 116. Pemerintah menargetkan NTP berada pada level 110 sebagai baseline stabilitas, namun realisasi telah melampaui ekspektasi.
Sebagai bagian dari strategi stabilisasi, pemerintah juga menyalurkan bantuan pangan berupa beras sebanyak 180 ribu ton per bulan, selama dua bulan, khususnya menyasar wilayah non-penghasil beras seperti Papua dan Maluku, serta sejumlah kawasan perkotaan.
“Distribusinya fokus ke daerah-daerah yang tidak menghasilkan beras. Ini untuk memperkuat daya beli dan kestabilan pasokan,” jelasnya.
Di sisi lain, daerah penghasil beras seperti Pulau Jawa tetap menjadi prioritas perlindungan pemerintah. Mentan menekankan pentingnya menjaga keseimbangan harga agar petani tetap memperoleh keuntungan tanpa membebani konsumen.
“Kami pastikan harga di petani tetap bagus, tetapi konsumen juga tidak merasa berat. Ini keseimbangan yang harus dijaga,” kata Mentan.
Ia juga memastikan bahwa penyerapan gabah nasional akan terus diperkuat. Untuk bulan ini saja, diperkirakan serapan gabah bisa mencapai 400 hingga 500 ribu ton, sementara bantuan yang dikeluarkan hanya sebesar 360 ribu ton.
“Artinya stok tetap aman. Produksi masuk lebih besar dari distribusi keluar,” tutup Amran.