Jakarta, Beritakasuari.com, – Perkembangan 5G terus mencatat akselerasi signifikan, terutama setelah layanan berbasis 5G Standalone dan network slicing mulai diadopsi secara luas di berbagai pasar dunia. Ericsson melalui edisi November 2025 Ericsson Mobility Report menyampaikan bahwa operator kini bergerak cepat menuju layanan konektivitas terdiferensiasi, dan tren tersebut diperkirakan membawa jumlah pelanggan 5G menembus 6,4 miliar pada 2031, mencakup hampir dua pertiga pengguna seluler global.
Pada laporan terbaru itu tercatat 33 operator seluler di tingkat internasional telah menghadirkan layanan network slicing, menghasilkan total 65 penawaran komersial, dengan hampir sepertiganya dirilis hanya sepanjang tahun 2025. Network slicing memungkinkan operator menciptakan segmen jaringan dengan karakteristik khusus untuk kebutuhan industri, perusahaan, aplikasi real-time, dan konsumen premium. Dari 118 use case pada 56 operator, sebanyak 65 sudah masuk tahap komersial, menunjukkan bahwa ekosistem 5G SA mulai matang dan berfungsi secara nyata di lapangan.
Ericsson menekankan bahwa adopsi 5G SA memperluas peluang bagi operator untuk memberikan layanan yang berbasis nilai, bukan hanya besaran kuota data. Lebih dari 90 operator global telah meluncurkan atau berada pada fase peluncuran awal 5G SA, sebuah peningkatan signifikan dibandingkan dua laporan sebelumnya. Teknologi ini menjadi kunci untuk menghadirkan latensi rendah, kestabilan tinggi, serta kapabilitas pemisahan jaringan yang sangat dibutuhkan sektor industri, kendaraan terhubung, IoT generasi lanjut, hingga hiburan futuristik.
Di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, temuan tersebut memiliki relevansi strategis. Tingginya potensi pemanfaatan 5G SA dan network slicing diperkirakan mampu mempercepat digitalisasi berbagai sektor nasional. Ketersediaan spektrum terjangkau tetap menjadi faktor fundamental untuk memastikan transformasi 5G dapat berjalan optimal, sementara Ericsson menegaskan komitmennya mendukung operator Indonesia dalam mengembangkan jaringan yang aman, andal, dan siap memasuki era layanan terdiferensiasi.
Prediksi jangka panjang Ericsson menunjukkan bahwa pada akhir 2031 akan ada 4,1 miliar pelanggan 5G SA dari total 6,4 miliar langganan 5G. Tahun 2025 sendiri diprediksi ditutup dengan 2,9 miliar pelanggan, seiring bertambahnya 400 juta populasi yang memperoleh cakupan jaringan 5G. Trafik data global meningkat sekitar 20 persen antara Q3 2024 dan Q3 2025, dipicu konsumsi data di Tiongkok dan India, dan diproyeksikan tumbuh rata-rata 16 persen hingga 2031. Pada akhir 2025, jaringan 5G sudah menangani sekitar 43 persen trafik global dan kemungkinan mencapai 83 persen pada 2031.
Fixed Wireless Access terus mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pemicu utama adopsi 5G. Diperkirakan 1,4 miliar pengguna FWA akan ada pada 2031, dan 90 persen mengandalkan 5G. Sejumlah 159 operator telah menawarkan layanan FWA berbasis 5G, sementara paket berbasis kecepatan bertumbuh dari 43 persen menjadi 54 persen dalam setahun terakhir.
Untuk pertama kalinya, laporan ini juga menyinggung prediksi awal mengenai adopsi 6G. Berdasarkan pola perkembangan generasi jaringan sebelumnya, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, India, dan negara anggota GCC dinilai akan memimpin peluncuran komersial 6G. Proyeksinya mencapai 180 juta pelanggan global pada 2031, belum termasuk adopsi IoT berbasis kecerdasan buatan. Eropa diperkirakan memulai lebih lambat akibat progres 5G SA yang tertinggal.
Laporan EMR juga memuat studi kasus implementasi 5G SA dalam kolaborasi dengan Singtel, SoftBank, dan SailGP yang menggambarkan bagaimana teknologi tersebut mendukung pengalaman pengguna, modernisasi infrastruktur, dan peningkatan pengelolaan acara olahraga internasional. Laporan lengkap Ericsson Mobility Report November 2025 dapat diunduh melalui situs resmi Ericsson dan menjadi rujukan penting industri dalam memahami langkah menuju era 6G.



