27.7 C
Manokwari
Friday, October 3, 2025

Mangrove Bintuni dan Pegaf Jadi Ikon Wisata Papua Barat

Must read

Teluk Bintuni, Beritakasuari.com Pengembangan pariwisata di Papua Barat semakin difokuskan pada tiga kawasan utama yang sudah dikenal secara internasional dan memiliki potensi nilai jual tinggi. Hutan mangrove di Teluk Bintuni, kawasan Pegunungan Arfak (Pegaf), serta Teluk Triton di Kaimana menjadi prioritas utama untuk dijadikan ikon wisata unggulan. Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPR Papua Barat, Amin Ngabali, menegaskan bahwa ketiga wilayah tersebut memang memiliki keunikan dan keunggulan yang layak dikembangkan sebagai destinasi pariwisata andalan.

Hutan mangrove di Teluk Bintuni merupakan yang terbesar kedua di dunia dan diakui secara global sebagai kawasan bernilai tinggi, sehingga mampu menarik perhatian wisatawan yang mencari pengalaman ekowisata. Di sisi lain, Pegaf memiliki keistimewaan berupa suhu udara yang sejuk dan keindahan Danau Anggi Giji serta Anggi Gida yang eksotis, memberikan daya tarik tersendiri bagi wisata alam yang berkelas internasional.

Sementara itu, Teluk Triton di Kaimana juga sudah lama dikenal sebagai lokasi strategis dengan potensi besar yang dapat dikembangkan lebih jauh. Selain tiga titik utama tersebut, pengembangan pariwisata Papua Barat tidak hanya berhenti di situ. Pantai Amban, yang menjadi ikon surfing dunia, serta destinasi baru seperti kampung Kwau, juga mendapat perhatian serius sebagai bagian dari upaya memperkaya pilihan wisata.

Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Papua Barat, Eduard Toansiba, menyatakan kesiapan instansi terkait untuk menindaklanjuti usulan dan masukan dari Bapemperda. Semua catatan tersebut akan dijadikan dasar dalam merancang program pengembangan kepariwisataan secara terencana dan berkelanjutan.

Toansiba berharap Rancangan Peraturan Daerah (Raperdasi) Rencana Induk Pariwisata (RIP) segera disahkan, karena regulasi tersebut akan menjadi pedoman utama pengembangan sektor pariwisata pada tahun 2026 sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Ia juga menambahkan, dengan pemisahan Papua Barat dan Papua Barat Daya, pengelolaan kawasan wisata harus dilakukan secara terfokus agar potensi masing-masing wilayah bisa dioptimalkan. Pegaf dan Kaimana tetap menjadi prioritas, sedangkan di Manokwari pengembangan akan diarahkan pada situs-situs keagamaan sebagai daya tarik pariwisata yang unik.

Dengan langkah strategis ini, Papua Barat menegaskan komitmennya untuk mengembangkan sektor pariwisata yang tidak hanya mengedepankan nilai ekonomi, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan dan budaya lokal.

More articles

Latest article