Manokwari, Beritakasuari.com – Meskipun kinerja ekspor menurun, Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya berhasil mempertahankan posisi surplus dalam neraca perdagangan untuk bulan April 2025. Hal ini terungkap dalam laporan resmi Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis Rabu (4/6/2025).
Papua Barat mencatatkan nilai ekspor sebesar US$311,38 juta, turun 6,79% dibandingkan bulan Maret yang mencapai US$334,07 juta. Meskipun menurun, ekspor masih didominasi oleh komoditas bahan bakar mineral (HS27) dengan nilai mencapai US$310,47 juta — setara dengan 99,71% dari total ekspor provinsi tersebut.
Tiongkok tercatat sebagai pasar utama ekspor Papua Barat, menyerap produk senilai US$201,32 juta atau 64,65% dari total pengiriman luar negeri.
Di sisi lain, angka impor Papua Barat justru melonjak tajam hingga 1.887,86% dalam periode yang sama. Jika pada Maret nilai impornya hanya US$0,24 juta, maka pada April naik menjadi US$4,83 juta. Seluruh impor berasal dari Australia, menjadikannya satu-satunya negara mitra impor bulan ini.
Kendati demikian, neraca perdagangan Papua Barat tetap mencatatkan surplus sebesar US$306,55 juta, serta surplus volume sebanyak 630,84 ribu ton.
Sementara itu, Papua Barat Daya mengalami penurunan ekspor yang lebih drastis. Ekspor anjlok 91,56%, dari US$14,64 juta pada Maret menjadi hanya US$1,24 juta di April 2025. Penurunan ini terjadi meski komoditas perikanan (ikan dan udang – HS03) masih menjadi andalan dengan kontribusi US$1,11 juta atau 89,46% dari total ekspor.
Jepang menjadi tujuan ekspor terbesar Papua Barat Daya dengan pembelian senilai US$0,34 juta (27,67%).
Tidak ada aktivitas impor di Papua Barat Daya selama April, karena tidak ditemukan dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang terdaftar.
Meski ekspor menurun drastis, Papua Barat Daya tetap mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$1,24 juta, dan dari sisi volume, surplus sebesar 0,16 ribu ton.