28.3 C
Manokwari
Tuesday, October 14, 2025

Bima Arya Ajak Kader KAHMI Baca Tanda Perubahan Zaman

Must read

Makasar, Beritakasuari.com – Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto mengingatkan pentingnya kemampuan “membaca tanda” dalam menghadapi perubahan besar dunia modern. Pesan itu ia sampaikan saat menjadi keynote speaker pada Pertemuan dan Konsolidasi Regional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) se-Sulawesi yang digelar di Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Selatan, Kota Makassar, Jumat (10/10/2025).

Bima menuturkan bahwa pesan “membaca tanda-tanda zaman” telah lama menjadi nasihat penting dari para tokoh pemikir Islam modern seperti Nurcholish Madjid dan Amien Rais. Menurutnya, kemampuan memahami arah perubahan adalah kunci bagi siapa pun yang ingin bertahan dan memimpin di tengah ketidakpastian global. “Nasihat itu saya pegang teguh. Siapa yang mampu membaca tanda-tanda zamannya, dialah yang akan menjadi pemenang,” ujarnya.

Dalam paparannya, Bima mengulas buku The Great Wave: The Era of Radical Disruption and the Rise of the Outsider karya jurnalis pemenang Pulitzer, Michiko Kakutani. Ia menyoroti ilustrasi di sampul buku tersebut—lukisan Jepang abad ke-19 The Great Wave off Kanagawa—yang menggambarkan perahu kecil menghadapi gelombang besar dengan Gunung Fuji tampak tenang di kejauhan. “Gambaran itu melambangkan keseimbangan antara keganasan perubahan dan ketenangan berpikir. Di situlah pentingnya kewaspadaan dalam menghadapi disrupsi,” tutur Bima.

Ia menjelaskan bahwa dunia kini tengah memasuki era disrupsi radikal dan kebangkitan para outsider, di mana perubahan justru lahir dari arah yang tidak terduga. Fenomena tersebut terlihat dari munculnya tokoh seperti Donald Trump di Amerika Serikat dan Volodymyr Zelenskyy di Ukraina, yang sukses memimpin meski berasal dari luar sistem politik tradisional.

Bima juga menyoroti pergeseran dominasi global di bidang budaya dan hiburan. “Dulu Hollywood menjadi pusat segalanya, sekarang industri film dan musik dari Asia—seperti Korea, India, dan Cina—mulai memimpin. Dunia sedang berubah arah,” jelasnya. Ia menegaskan bahwa pusat gravitasi global kini bergeser ke Asia, dan Indonesia harus siap membaca arah gelombang tersebut.

Mengutip gagasan Samuel Huntington dalam The Clash of Civilizations, Bima menegaskan bahwa tatanan dunia sedang beralih dari sistem unipolar menuju multipolar. Kondisi ini menuntut bangsa Indonesia untuk memiliki arah strategis yang jelas dan pemimpin yang visioner. Ia mencontohkan keberhasilan Cina dalam mengangkat ratusan juta penduduk dari kemiskinan berkat kombinasi inovasi dan pemerintahan yang efektif. “Mereka menyebutnya innovation with China’s characteristics—berinovasi tanpa meninggalkan karakter budaya sendiri,” ungkapnya.

Di akhir sesi, Bima mengajak seluruh alumni KAHMI dan peserta yang hadir untuk ikut mempersiapkan generasi muda menghadapi masa depan dengan nilai-nilai kepemimpinan yang kuat. “Negara ini harus dijaga oleh tokoh-tokoh transformatif yang memimpin dengan nilai, bukan kepentingan. Mari kita lahirkan generasi yang berjuang karena prinsip, bukan karena posisi,” tandasnya.

Melalui pesannya, Bima Arya menekankan bahwa kemampuan membaca tanda zaman bukan hanya soal kecerdasan intelektual, tetapi juga tentang kebijaksanaan moral untuk memimpin perubahan dengan nilai dan integritas.

More articles

Latest article