25.4 C
Manokwari
Sunday, April 27, 2025

Bumi Kita Terluka: Refleksi Hari Bumi 2025 di Tengah Krisis Iklim

Must read

Manokwari, Beritakasuari.com Di seluruh penjuru dunia, Hari Bumi tahun ini bukan lagi sekadar perayaan kesadaran lingkungan. Ia telah berubah menjadi momen refleksi yang sunyi, penuh luka dan kehilangan. Bumi kita rumah satu-satunya sedang berada dalam kondisi kritis.

Peningkatan suhu global, kebakaran hutan yang semakin intens, banjir bandang yang merenggut ribuan nyawa, hingga kekeringan yang memusnahkan panen. Semua itu bukan ramalan masa depan. Itu adalah kenyataan hari ini.

Perubahan iklim bukan ancaman, ia sudah datang. Laporan terbaru dari IPCC (Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim) menyatakan bahwa suhu rata-rata bumi telah naik 1,5 derajat Celsius lebih cepat dari prediksi awal. Cuaca ekstrem yang dulunya terjadi sekali dalam seratus tahun, kini datang setiap lima tahun, bahkan lebih sering.

Bukan hanya ekosistem yang menderita. Jutaan orang kini menghadapi krisis air, krisis pangan, dan krisis kemanusiaan yang dipicu oleh degradasi lingkungan. Es di kutub mencair lebih cepat, permukaan air laut naik, dan pulau-pulau kecil mulai kehilangan garis pantainya.

Di Indonesia, ancaman nyata itu hadir dalam bentuk tenggelamnya daerah pesisir, kabut asap tahunan, dan kerusakan hutan tropis yang dulunya menjadi paru-paru dunia. Alam merintih, namun manusia masih sibuk mengejar pembangunan tanpa arah berkelanjutan.

Hari Bumi 2025 hadir sebagai alarm-alarm yang telah berbunyi terlalu lama namun tak dihiraukan. Dunia ditantang untuk bergerak, bukan esok, tetapi sekarang. Aksi nyata harus melampaui seremoni dan wacana. Transisi energi hijau, pelestarian keanekaragaman hayati, pengurangan emisi karbon, dan gaya hidup rendah jejak ekologis bukan lagi pilihan, tetapi keharusan.

Bumi tidak butuh diselamatkan. Kita yang butuh menyelamatkan diri dari konsekuensi ulah kita sendiri.

Di tengah udara yang semakin panas, hutan yang semakin senyap, dan sungai yang tak lagi jernih, Hari Bumi 2025 menegaskan satu hal:
Jika hari ini kita masih diam, mungkin esok sudah terlambat.

More articles

Latest article